Rabu, 31 Juli 2013

"Preman" Taman Pengajian

Ahmad Ali (berpeci putih polos) bersama Febriyanto Saleh

Namanya Ahmad Ali.
Usianya sekitar 6 tahun, badannya kecil tapi gerakannya gesit.
Dia juga sering ceplas- ceplos dalam berbicara.
Saat  bermain bersama teman-temannya, dia sering unggul.
Dalam usia yang lebih dini, dia sudah resmi menjadi anak yatim.
Ibunya sudah meninggal, jadi neneknya yang mengasuhnya.

Ahmad termasuk salah satu dari santri yang belajar di "Miftahul Khairaat".
Dia termasuk salah satu yang terkecil diantara teman-temannya.
Tapi soal bandel dia termasuk yang nomor wahid.
Kalau sudah capek belajar, ada-ada saja kelakuan usilnya.
Apalagi kalau Habib sedang tidak mengawasi santri belajar.
Sering santri perempuan yang selalu diganggunya.

Sering dia menakuti santri perempuan dengan kecoak.
Tentu saja santri perempuan pada lari berhamburan.
Sehingga mengacaukan suasana belajar .
Kalau sudah demikian hanya Habib yang bisa menghentikan keusilannya.
Boleh dibilang semua santri yang sebaya dengannya, sudah pernah diganggunya.
Sampai-sampai Habib menjulukinya sebagai "preman taman pengajian"

Tapi walaupun demikian, Habib tidak pernah memarahinya dengan keras.
Habib tahu bahwa dia sudah sejak kecil ditinggal mati ibunya.
Jadi kelakuan isengnya tak lebih dari sifat mencari perhatian.
Dia termasuk santri yang disayang Habib.
Bapaknya pun diomeli sama Habib kalau sampai memarahi Ahmad dengan kasar.
Habib menekankan untuk tidak boleh menghardik anak yatim.

Sauatu malam sesudah selesai belajar,  Habib bersama  Ahmad dan bapaknya serta santri lainnya.
Tiba-tiba Ahmad nyeletuk, "Habib, kenapa gigi Habib jarang-jarang dan besar?"
Mendengar pertanyaan itu bapaknya Ahmad gelagapan tidak tahu harus berbuat apa.
Bapaknya mau memarahi Ahmad yang sudah lancang kepada gurunya.
Tapi segan juga sama Habib, sebab habib sering memarahi bapaknya kalau terlalu keras kepada Ahmad.
Habib tertegun sejenak mendengar pertanyaan Ahmad, tapi tiba-tiba tertawa juga.

"Ahmad", kata Habib kepadanya. Itu adalah pemberian Allah swt.
Jadi Habib harus bersyukur walau diberi gigi yang jarang-jarang dan ompong.
Bagaimana kalau Allah tidak memberi gigi sama Habib?
Dengan apa Habib hendak makan, jadi semua harus disyukuri.
OOOOoooo begitu yaaaa Habib, jawab Ahmad sambil tersipu-sipu.

Senin, 29 Juli 2013

Mengaji dan Berdzikir

Kegiatan belajar mengaji di Taman Pengajian Al Qur'an "Miftahul Khairaat" berlangsung setiap hari.
Pelajaran dimulai ba'da Ashar, jadi sedapat mungkin sudah sholat Ashar di taman pengajian.
Setelah selesai sholat barulah mulai belajar sesuai dengan tingkatan masing-masing,
Bagi yang masih belajar Iqro 1-6 dibimbing dan diawasi oleh santri yang sudah khatam Al Qur'an.
Sedangkan yang mulai belajar di Al Qur'an diawasi dan dibimbing langsung oleh Habib Jafar Al Habsyi.
Tetapi pada dasarnya semua dibawah pengawasan Habib.

Dulu waktu santri masih sedikit tidak terlalu repot beliau mengajar dan mengawasi.
Tetapi seiring bertambahnya santri tentu lain lagi situasinya.
Apalagi banyak yang masih usia sekolah TK dan SD, yang naluri untuk bermainnya masih tinggi.
Belajar sebentar saja sudah bosan dan maunya bermain bersama temannya.
Belum lagi masalah saat belajar, tiba-tiba saja ada yang sudah menangis karena bertengkar sesama temannya.
Saat sedang belajar ada yang mau diantar ke wc untuk pipis dan beol, maklum masih anak-anak.
Itulah sebagian dinamika saat belajar.

Dalam pembelajaran mengaji saat ini, Habib dibantu oleh beberapa orang santri yang sudah khatam.
Disamping itu dibantu juga oleh Bapak Herdin Ali dan Ka Une.
Kedua orang diatas yang sering mewakili Habib mengawasi anak-anak jika Habib sedang ada urusan diluar daerah.
Baik itu untuk urusan pribadi atau yang berhubungan dengan taman pengajian.
Sebagai seorang manusia biasa tentu beliau masih mempunyai kebutuhan termasuk kebutuhan hidup sehari hari.
Sebab untuk menjalankan taman pengajian ini beliau tidak mendapat gaji ataupun memungut iuran dari santri.
Jadi beliau sering juga keluar untuk mencari rejeki buat kehidupan sehari-hari.
Saat-saat itulah beliau mempercayakan kelangsungan belajar kepada herdin Ali dan Ka Une beserta alumni untuk mengawasi dan membimbing santri untuk belajar.

Pelajaran mengaji biasanya berlangsung ba'da Ashar sampai Magrib.
Sehabis sholat magrib biasanya lanjut mengaji sebentar lalu menghafal doa-doa pendek.
Selesai menghafal doa-doa lalu dilanjutkan dengan Barjanzi atau doa Ratib.
Lalu ditutup dengan sholat isya berjamaah, baru boleh pulang.
Bagi santri perempuan dan anak-anak biasanya ada jemputan dari orang tua masing-masing.
Habib selalu menekankan bagi santri perempuan untuk segera pulang kerumah setelah selesai mengaji.

Selain belajar mengaji rutin setiap hari, ada juga kegiatan lain bagi santri.
Yaitu tiap malam Jum'at dan malam minggu selalu diadakan dzikir bersama.
Kegiatan dzikir ini dilakukan setelah sholat Magrib lalu ditutup dengan sholat Isya.
Semula kegiatan ini hanya dilakukan ditaman pengajian saja.
Lalu mulai ada orang tua santri yang meminta untuk diadakan dirumah santri.
Sejak saat itulah dilaksanakan kegiatan dzikir bersama dirumah orang tua santri seandainya ada yang mengundang.
Jika tidak ada undangan dari orang tua santri, kegiatan dzikir dilaksanakan ditempat pengajian.

Minggu, 28 Juli 2013

Murid Pertama


Febriyanto Saleh (peci bergaris hitam) adalah murid pertama diantara yang belajar di Taman Pengajian Al Qur'an "Miftahul Khairaat"

 
Sejak tinggal dirumah tua, ada yang mengganjal dihati Habib Jafar Al Habsyi.
Setiap hari menjelang magrib, beliau selalu memperhatikan anak-anak tetangganya.
Ada yang masih asyik bermain  bersama dijalanan.
 Sudah waktunya sholat, apakah orang tuanya tidak mencari mereka.
Sebagai penduduk yang baru bermukim didaerah ini,beliau tentu heran dengan hal ini.
Ditempat asal beliau anak-anak selalu mengaji setiap sore, bukannya bermain sampai magrib.

Suatu sore ada anak-anak yang bermain dihalaman rumah yang ditempati beliau.
Habib memanggil anak-anak tersebut dan menanyai mereka.
Dimana mereka bersekolah dan dimana rumah orang tuanya.
Tidak lupa pula menanyai mereka satu persatu, siapa yang sudah tahu mengaji.
Ternyata sebagian besar yang belum pernah belajar Iqro samasekali.
Habib pun langsung menanyakan apakah mereka mau diajar untuk mengaji.
Sebagian menjawab mau, dan ada yang hanya diam saja.

Habib menyuruh mereka dating tiap sore untuk belajar kalau mau.
Ternyata dari sekian anak, yang datang kembali hanya satu orang.
Namanya Febriyanto Saleh, dia menjadi murid pertama di Taman Pengajian "Miftahul Khairaat".
Dia datang bersama ibunya kerumah Habib untuk mulai belajar mengaji.
Maka sejak saat itu dimulailah kegiatan pertama belajar Iqro.
Seiring waktu yang berjalan, bertambah pula anak-anak yang datang belajar.
Habib menerima mereka dengan tangan terbuka dan tanpa meminta bayaran

Berawal Dari Rumah Tua

Inilah rumah tua yang jadi tempat Taman Pengajian Al Qur'an "Miftahul Khairaat

Rumah itu terletak sekitar 50 meter dari pinggir jalan raya.
Agak jauh dari rumah-rumah lain disekitarnya
Dilihat dari model bentuknya, agak berbeda dari rumah-rumah yang lainnya.
Fondasinya yang kokoh dan agak tinggi.
Dinding luarnya dihiasi dengan batu-batu kali yang menonjol dicat dengan warna hitam.
Kontras dengan warna dasar dindingnya yang dicat putih.

Atap sengnya sudah mulai kecoklatan dimakan karat karena usia.
Dibeberapa tempat atapnya sudah bocor sehingga air hujan menembus masuk ke dalam rumah.
Tapi itu semua tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa rumah ini dulunya merupakan salah satu rumah terbaik dan terbesar dikampung ini.
Rumah itu sekarang menjadi rumah angker karena sudah tidak ada lagi yang menempatinya.

Orang-orang sering melewatinya dengan terburu-buru karena takut.
Siang saja orang takut, apalagi malam hari.
Pohon mangga besar yang berada dihalaman depan dan samping rumah turut menambah kesan seramnya.
Apalagi belakang rumah yang merupakan lahan luas yang kosong dengan bayang-bayang pohon kelapa dan semak-semak.
Rumah ini jadi terbengkalai karena tidak ada yang menempatinya lagi.
Pemiliknya sudah lama meninggal dunia, sedangkan ahli warisnya sudah memiliki rumah semua.
Jadi tidak ada yang mau tinggal disini apalagi mau merawatnya.

Namun itu adalah cerita dulu, sekarang rumah ini sudah semarak lagi.
Kisahnya berawal dari ditempatinya rumah ini lagi.
Adalah Habib Jafar Al Habsyi yang menempatinya, sesuai persetujuan ahli waris.
Tidak lama setelah tinggal disini, beliau mulai mengajar anak-anak tetangga untuk mengaji  Al Qur'an.
Murid pertama beliau hanya seorang anak bersama ibunya.

Tetapi berkat ketekunan beliau, akhirnya mulai banyak yang tertarik belajar.
Sekarang murid yang belajar disini sudah sekitar 200 orang dan terhitung sudah dua kali wisuda Iqro 6 dan khatam Al Qur'an 30 juz.
Wisuda pertama tanggal 16 Januari 2012.
Wisuda kedua tanggal 24 November 2012, 50 orang santri lulus Iqro 6 dan 25 orang santri khatam Al Qur'an 30 juz.
Rumah tua yang angker dulu kini sudah berubah.
Kalau dulu orang takut melewati rumah ini, sekarang tiap malam semarak dengan ayat-ayat suci
AlQur'an yang dilantunkan oleh anak-anak santri.

Jumat, 26 Juli 2013

Huruf Hijaiyah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّمَنِ الرَّحِيْمِ

ا ب ت ث ج ح خ
د ذ ر ز س ش
ص ض ط ظ ع غ
ف ق ك ل م ن
وه ء ي

Kamis, 25 Juli 2013

Taman Pengajian Al Qur'an "Miftahul Khairaat"



بِسْمِ اللّٰهِ الرَّمَنِ الرَّحِيْمِ
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Alllah Swt.
Sholawat dan  salam semoga selalu tercurah kepada Rasul Muhammad Saw.
Blog Taman Pengajian Al Qur'an "Miftahul Khairaat" sudah online.
Blog ini dibuat untuk menjadi jendela informasi bagi Taman Pengajian ini.

Supaya apa yang menjadi kegiatan dan aktifitasnya terekam dan diketahui orang lain.
Sehingga diharapkan menjadi inspirasi dalam kehidupan sehari hari.
Tentang bagaimana upaya kita dalam mendidik anak - anak dengan Al Qur'an.
Dan bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari - hari.
Walaupun itu hanya dimulai dari hal - hal yang kecil.

Taman Pengajian Al Qur'an Miftahul Khairat beralamat dijalan Tapa Suwawa, Desa Bongopini.
Berada diwilayah Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
Taman Pengajian ini belum lama berdiri, sekitar tahun 2010.
Pengasuh Taman Pengajian ini adalah Habib Jafar Al Habsyi.

Beliau merintisnya dari awal seorang diri.
Alhamdulillah sekarang sudah ada yang turut membantu beliau mengajar anak - anak.
Keistimewaan Taman Pengajian ini adalah, anak santri tidak dipungut bayaran alias gratis.
Syukurlah walaupun baru seumur jagung dan dengan tempat yang serba darurat sudah ada pengaruhnya dimasyarakat.
Dimana pada awalnya masyarakat cuek, kini sudah aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar santri.
Dalam hal ini adalah mengantar dan menjemput anaknya ke tempat pengajian.
Juga turut membantu fasilitas belajar mengajar yang masih serba darurat.

Dampaknya secara langsung dirasakan oleh anak - anak santri.
Tidak ada lagi anak-anak yang bermain dijalanan menjelang waktu magrib.
Yang tadinya tidak tahu Al Qur'an kini sudah fasih melantunkan ayat - ayat suci dengan lancar.
Disini juga diajarkan tentang tatacara dan bacaan - bacaan dalam sholat, termasuk doa - doanya.
Anak anak diajarkan dan sudah hafal Barzanji dan doa Ratib.

Sekarang santri anak didik disini sudah ada yang bisa dan mampu untuk menjadi Khotib sholat Jum'at.
Mereka sudah ada jadwal untuk mengisi khutbah Jum'at di Masjid yang berada di wilayah Kecamatan Tilongkabila.
Sejak berdiri sampai sekarang sudah dua kali melakukan wisuda khatam Al Qur'an 30 juz terhadap santri.
Jumlah anak santri yang aktif mengaji sekarang sekitar 200 orang. 
Dengan adanya Blog ini, semoga hal - hal positif disini dapat menular ketempat lain.
Amin.